
Saya jadi teringat obrolan singkat saya dengan dia
saat makan siang beberapa hari lalu
Tiba – tiba dia mengeluarkan kalimat itu
“ Dwi, kenapa kamu memilih bahasa kami untuk kuliahmu ? „
“ kan kamu bilang kamu cinta mati dengan kimia dasar, fisika dan biologi „
… ( hmm, honestly, it’s quiet difficult to explain it to you ) …
“ Kalau aku … aku ingin menjadi seorang ilmuwan … terutama tentang kimia dan fisika … nilai matematikaku di sekolah, bagus … dan kalau ada tugas merangkai komponen lampu dan sebagainya, aku cepat. ( ini sepertinya lebih mengarah ke ilmu elektronik

Usil saya kumat lagi dan saya tanya,
“ lho ?! Bukannya kamu mau belajar hukum dan bekerja seperti bapak kamu ? „
“ TIDAK ! Hukum sangat membosankan ! „
„Sudah belajarnya lama, tambah mengadili hidup orang yang belum tentu salah ! „
hmmm …

…
Saya jadi teringat kembali atas pertanyaannya yang sama beberapa bulan sebelumnya, tapi dia memberikan jawaban yang berbeda. Dia ingin menjadi seorang pengacara, seperti bapaknya.
Hmmmm … saya jadi mulai mengambil kesimpulan, apa saya memberikan pengarahan yang salah atau membelokkan pilihannya ?
Atau dia malah berpikir ulang atas jawaban saya yang selalu sama setiap kali dia menanyakan pertanyaan yang sama pula ?
Saya memang turut memperhatikan kelebihan dan kekurangannya atas pelajaran di sekolah dan memberi saran dan kritik seperti yang dia minta.
Tapi, pertanyaan beberapa hari yang lalu itu memang usil.
…
PS : Ade Sensei … ano … sumimasen

